Oleh: istiqomah12240 | September 7, 2010

PUASA SEBAGAI PROSES INTERNALISASI IMAN

Tulisan ini disampaikan dalam kultum Tarawih malam tadi di Istiqomah.

Yang diamaksud internalisasi adalah upaya yang sungguh-sungguh guna menanamkan iman di dalam hati nurani. Dengan penuh kesadaran antara gerak ruhani dan gerak jasmani, secara personal, tanpa melibatkan orang lain. Tujuannya tidak lain mudah-mudahn mendapatkan posisi sebagai pemenang. Alquran menyebutnya la’allakum tattaquun.

Karenanya, puasa adalah salah satu proses yang tidak sederhana dan penuh perjuangan, guna mendapatkan nilai rohani yang lebih mulia di sisi Allah (Taqwa). Dalam bahasa lain, mendapatkan derajat taqwa adalah proses yang terus menerus tanpa henti. Melalui puasa, proses ini dapat diperoleh bila benar-benar mengikuti prosedur baku dari para pakar.

Karena masalahnya terkait dengan persoalan yang bersifat ruhani, tidak sedikit orang yang gagal melaksanakan ritual puasa. Alasanya karena tidak mampu dan tidak kuat berlapar-haus seharian hingga sebulan.

Dengan demikian, proses internalisasi iman kepada Allah lewat puasa ini membutuhkan tenaga dalam yang kuat (internal power). Internal power yang saya maksud adalah IMAN. Allah swt mengajak dan memerintahkan bagi mereka yang sudah memiliki “internal power” (iman) untuk melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya. “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa… ” (QS 2:183)

Firman itu, seakan-akan memberi kabar kepada mereka yang beriman agar meningkatkan keberimannya, agar mendapatkan derajat ketaqwaan.

Internalisasi Iman

Internalisasi Iman itu sangat penting, karenanya semua proses ibadah dalam Islam tidak lain adalah untuk internalisasi keimanan kepada Allah. Dengan cara mengislamkan lahir dan batin pada diri manusia besarta perangkat di sekitarnya.

Bagaimana proses internalisasi Iman ini berproses dalam segenap kehidupan manusia, dan terus menerus tanpa henti, uraian di bawah ini setidaknya bisa membantu kita untuk memahaminya.

Dalam agama Islam dikenal dengan rukun Islam, tediri dari lima hal: Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Semua itu kita sudah memahami harus dikerjakan dengan sunguh-sungguh.

Pertama, Syahadat adalah proses internalisai iman lewat logika. Dalam arti kata, mengislamkan pola berpikir . Orang yang telah bersyahadat, selain ia masuk islam, maka logika hidup dan matinya, diset hanya Iman kepada ALlah dan RasulNya, Hanya Allah sebagai Tuhannya, dan Rasulullah sebagai petunjuknya.

Dengan logika demikian, maka sebagai orang muslim, itnernalisasi iman lewat pikiran ini, akan membantu proses kehidupan selanjutnya. Misalnya, dalam gerak hidupnya sehari-hari si hamba akan berpikir LIllahi ta’ala. Bekerja dengan semangat guna menghidupi keluarga, dinilai lillahi ta’ala, dengan tidak melanggar aturan Allah dan RasulNya.

Kedua, Shalat adalah proses internalisasi iman lewat badan kita. Artinya, orang yang melaksanakan shalat dalam arti lain, dia tengah mengislamkan (memasrahkan) raganya menghadap hanya kepada Allah. Shalat dengan berbagai tekniknya, membutuhkan tenaga dan gerak yang sinergis dan simetris serta kolektif.

Karenanya, gerak tubuh yang tengah mengerjakan shalat dari ujung rambut hingga ujung kaki, terus-menerus menghadapkan dirinya hanya kepada Allah. Artinya, raga orang-orang muslim yang mengerjakan shalat berarti terus berlatih guna pasrah kepada ALlah. Sebagiamana ucapan setelah takbiratul ikhram:

“Qul Inna shalati wanusuki, wamahyaya wamamati lillahi robbil ‘alamin.” (6:162)
Artinya, sesungguhnya sholatku dan ibadahku dan hidupku dan matiku adalah karena allah , bagi tuhan sekalian alam ?

Dalam kehidupan sosial gerak tangan, kaki dalam membantu masyarakat dan keluarga juga bukan karena hal lain kecuali karena mengharap rido Allah swt.

Kegita, Puasa
Proses internalisasi lewat puasa ini adalah melalui jiwa atau rohani. Ruh berasal dari Allah, dan akan kembali kepadaNya. Namun ruh yang menempati badan seringkali redup cahanya. Ruh yang menempati hati nurani, kadangkala menjadi keruh dan sulit menerima nasehat Allah.

Karena nasehat Allah melalui ruh inilah maka puasa sebagai satu-satunya proses internalisasi iman yang sangat baik. Orang yang berpuasa oleh Allah akan diberi imbalan secara langsung dan yang mengawasi juga Allah sendiri.

Washoumi li, wa ana ajzii bih”, puasa itu untukku dan akulah yang akan membalasnya.

Keempat, Zakat

Internalisasi keimanan kepada Allah juga harus dilakukan bukan saja kepada badan dan ruh serta akal pikiran, tetapi perangkat pendukung kehidupan: Harta benda adalah perangkat kehidupan yang menciptakan kemakmuran dalam hidup di dunia.

Islam menghendaki harta benda itu benar-benar bersih tidak ada kotoran. Sebagaimana akal fikir, badan dan rohnai bersih. Harta yang dibersikan adalah harta yang dizakatkan.

Internalisasi ini membutuhkan kerelaan pemiliknya untuk diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya. Para fakir miskin dan asnaf lainnya adalah juga pemilik dari harta yang kita dapatkan selama berusaha. Karenanya, kehadiran si miskin di dunia ini sejatinya adalah karunia untuk membantu membersihkan atau mengislamkan harta kita.

Kelima, Haji
Haji sebagai rukun Islam kelima, tidak lain adalah proses internalisasi iman lewat pendekatan sejarah. Hidup adalah proses sejarah. Islam adalah bagian dari sejarah. Karenanya, sejarah dalam agama ini perlu dibersihkan dan perlu disaksikan oleh pengikutnya. Jangan sampai sejarah datangnya Islam adalah hanya fatamorgana, hanya ilusi saja.

Karenanya, orang sedunia berkumpul dan melaksanakan ritual haji, tidak lain semata-mata untuk menjadi saksi yang langsung ke tempatnya di Makkatul Mukarromah. Di sana, umat muslim dibawa kepada situs-situs sejarah, di hadapkan kepada qiblat sebagai mana shalat sehari semalam. Dengan melihat langsung, bukankah ini merupakan proses keyakinan yang bernilai ilmu pengetahuan tinggi.

Proses turunnya alquran adalah catatan dari sejarah, dengan mengikuti ritual haji, proses-proses perjalanan Islam itu bisa dilihat, dihayati dan diyakini dengan ilmul yakin, bukan praduga, asumsi apalagi hipoetesa.

Haji karenanya, bernilai sangat tinggi, selain secara personal menghadap Allah secara langsung dekat Baitullah, haji juga tempat silaturahmi antar hamba Allah dari berbagai penjuru dunia.

Dari lima hal itulah, maka menjadi islam merupakan proses yang terus menerus harus di internalisasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Islam dalam pola berpikir, islam dalam harta, islam dalam ruh dan badan serta ilmu pengetahuan.

Singkatnya, orang-orang yang menyadari islam dari berbagai aspek ini dapat mejadikan pribadi yang mawas diri, toleran, rendah hati dan rela berkorban lillahi ta’ala.

Wallahu a’lam.

Muhamad Kurtubi


Tanggapan

  1. […] ini disampaikan di Istiqomah, Tanah Kusir, Jakarta Selatan -6.247446 106.785825 Share this:StumbleUponDiggRedditLike […]


Tinggalkan komentar

Kategori